A.
KEBUDAYAAN BAC SON-HOA BINH
Pusat kebudayaan zaman Mesolithikum
di Asia berada di dua tempat, yakni di Bacson dan Hoabinh. Kedua tempat
tersebut berada di Tonkin Vietnam. Penyebutan untuk ciri khas kebudayaan zaman
Mesolithikum diberikan oleh ahli Prasejarah Prancis, Madeleine Colani.
Dari Tonkin kebudayaan Bac Son-Hoabinh
menyebar ke wilayah Asia Tenggara lainnya. Persebaran kebudayaan tersebut
bersamaan dengan masa perpindahan masyarakat di wilayah Vietnam ke Asia
Tenggara. Ras yang masuk ke Indonesia pada zaman Mesolithikum adalah ras Papua
Melanosoid. Ras ini umumnya sekarang bertempat tinggal di Papua.
Ras Papua Melanosoid sampai ke
Indonesia pada zaman Holosen (Aluvium). Ras Melanosoid datang ke Indonesia
dengan menggunakan transportasi perahu bercadik. Pada awalnya mereka mendiami
sumatera dan Jawa, namun karena terdesak oleh ras Melayu yang datang kemudian.
Mereka berpindah ke wilayah Indonesia timur.
Ras Papua melanosoid sudah hidup
setengah menetap (semi-nomaden), hidup berburu, menangkap ikan dan bercocok
tanam. Mereka tinggal digua-gua atau di rumah panggung untuk menghindar dari
binatang buas. Mereka meninggalkan sampah dapur (kjokkenmoddinger) digua-gua
(abris sous roche). Kjokkenmoddinger juga dibuang dibawah kolong rumah panggung
mereka sehingga menumpuk dan menggunung. Disamping itu juga ditemukan peralatan
sehari-hari yang terbuang atau terjatuh, antara lain:
1. Pebble
adalah jenis kapak genggam mesolithikum yang sering juga di sebut kapak
sumatera.
2. Hache
Courti (kapak pendek) yang mempunyai bentuk bulat dan panjang.
3. Batu
gilingan kecil yang berfungsi menggiling makanan dan bahan pewarna untuk
berhias.
4. Kapak
proto-Neolithikum yang sudah halus
5. Pecahan
tembikar
Manusia pada zaman mesolithikum
juga sudah mengenal kesenian. Wujud seni ditemukan, pada umumnya berupa lukisan
seperti:
1. Lukisan
pada kapak berupa garis sejajar dan lukisan seperti mata yang ditemukan di
kjokkenmoddinger.
2. Lukisan
babi-rusa yang banyak ditemukan digua-gua diwilayah Leang-leang Maros. Usia
lukisan itu diperkirakan 4 ribu tahun. Menurut penafsiran, diperkirakan lukisan
tersebut adalah lukisan magis yang mempunyai tujuan tertentu.
3. Lukisan
telapak tangan yang berwarna merah.
B.
KEBUDAYAAN DONG SON
Makin meningkatnya kehidupan social
ekonomi manusia makavterjadi pula peningkatan bentuk kehidupan dari masa sebelumnya.
Peningkatan ini terutama dalam hal pengolahan logam, khususnyaperunggu dan
besi. Dengan peningkatan tersebut dapat disimpulkan bahwa telah terdapat
kelompok masyarakat dengan pembagian kerja yang baik. Pembagian ini tidak hanya
meliputi pembuatan dari logam, tetapi juga dibidang-bidang lain. Oleh karena
itu masyarakat perundagian telah menampakkan ciri-ciri masyarakat yang teratur.
Zaman
perundagian sering disebut zaman kemajuan tehnologi karena pada masa itu
tehnologi telah berkembang. Pembuatan alat dari logam sudah mereka kuasai.
Berikut tehnik pembuatan dari logam:
1. Tehnik
Bivalve
Tehnik bivalve atau tehnik
setangkup adalah tehnik cetakan dengan menggunakan dua alat cetak yang
dijadikan satu dan dapat ditangkupkan. Alat cetak itu diberi lubang pada bagian
atasnya. Dari lubang itu dituangkan logam yang telah dicairkan. Apabila cairan
itu sudah dingin, cetakan dibuka. Selesailah pengerjaannya. Cetakan setangkup
ini dapat digunakan berkali-kali. Contoh dari hasil cetakan ini adalah nekara.
2. Tehnik
cetakan lilin (A Cire Perdue)
Pembuatan barang dengan tehnik a
cire perdue dilakukan dengan membuat model dari lilin terlebih dahulu. Lilin
dibungkus dengan tanah liat dan bagian atasnya diberi lubang. Tanah liat
kemudian dibakar sehingga lilin akan mencair dan keluar dari lubang yang telah
dibuat. Tanah liat yang kosong tadi selanjutnya diisi dengan cairan perunggu.
Setelah dingin dan kental, tanah liat pembungkus tadi dihancurkan. Cetakan ini
hanya dapat dipakai sekali. Contoh dari hasil cetakan ini hanya untuk mencetak
benda-benda kecil (arca-arca kecil).
Di Indonesia penggunaaan logam
untuk pembuatan peralatan hidup diketahui pada masa beberapa abad sebelum
masehi. Benda-benda perunggu yang ditemukan di Indonesia menunjukkan persamaan
dengan temuan-temuan di Dong Son Vietnam, baik bentuk maupun pola hiasnya. Hal
ini menunjukkan adanya hubungan budaya yang berkembang di Dong Son dan
Indonesia.
Benda-benda
yang dihasilkan dari pengolahan logam pada zaman perundagian antara lain adalah
nekara perunggu, kapak perunggu, bejana perunggu, arca-arca perunggu, dan
perhiasan. Adapun benda-benda dari besi antara lain mata kapak, mata
sabit, mata pisau, mata pedang, cangkul
dan tongkat.
Pada zaman perundagian peranan
perunggu dan besi sangat besar. Tetapi bukan berarti menghapuskan pembuatan
alat-alat dari tanah. Pembuatan gerabah justru mengalami perkembangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar